Oleh Dewi Alfiatus*

Siapa yang tidak mengenal dengan bumbu dapur bawang putih? Bawang putih bukan hanya sekedar rempah, akan tetapi dari hasil sebuah penelitian, dinyatakan bahwa bawang putih mengandung senyawa[1] sulfur aktif yang sangat ampuh melawan bakteri pada pasien infeksi yang sudah kronis. 

Penelitian tersebut di lakukan oleh Universitas Kopenhagen, Denmark. Penelitian itu menjelaskan bahwa senyawa yang ada pada bawang putih dapat atau mampu mengahancurkan komponen penting yang ada pada bakteri. Dengan demikian sangat memungkinkan menggunakan bawang putih tersebut sebagai obat untuk yang dapat membantu pasien dalam kondisi buruk, misalnya pada penderita fibrosis kistik.

Fibrosis kistik merupakan jenis penyakit genetika yang dapat menyebabkan lendir-lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket. Sehingga dapat menyumbat pada saluran-saluran pada tubuh, khususnya pada saluran pernafasan atau pencernaan.

Peneliti tersebut sangat percaya akan metode tersebut dan mereka pun sedang dalam mengembangkan obat dari bawang putih, serta mengujinya pada pasien.

Pada tahun 2005 hasil dari penilitian itu pernah mengetahui bahwa ekstrak bawang putih memang mampu menghambat bakteri. Dan pada tahun 2012 mereka menunjukan kembali bahwa pada bawang putih juga ada kandungan senyawa sulfur yang disebut ajoene yang berfungsi untuk mengahambat bakteri.

Sedangkan dalam studi terbaru yang sudah diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah Scientific Reports, mencoba melihat lebih dekat serta mendokumentasikan kemampuan ajoene untuk menghambat molekul RNA pada dua jenis bakteri.

Disebutkan, dua jenis bakteri yang pelajari sangat penting untuk ditindaklanjuti. Dua bakteri itu disebut, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Ini adalah dua kelompok bakteri yang berbeda dan biasanya ditangani dengan metode yang berbeda pula. Namun senyawa bawang putih ternyata mampu melawan keduanya sekaligus dan ini merupakan bukti bawang putih bisa digunakan sebagai obat yang efektif jika digunakan bersamaan dengan antibiotik.

Penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki resistensi alami yang paling kuat terhadap bakteri.

Selain menghambat molekul RNA bakteri, senyawa bawang putih aktif juga dapat merusak pelindung berlendir yang menyelubungi bakteri, yang disebut biofilm.

Jika biofilm dihancurkan atau dilemahkan, antibiotik dan sistem kekebalan tubuh secara  otomatis dapat menyerang bakteri secara langsung untuk menghilangkan infeksi.

Kini perusahaan Neem Biotech telah membeli lisensi penggunaan ajoene sebagai penangkal infeksi bakteri. Produknya bernama NX-AS-401 yang bertujuan mengobati pasien fibrosis kistik. Obat ini juga akan segera diuji klinis pada pasien.

Jika nanti uji klinis menunjukkan hasil positif, berarti obat tersebut dapat dipasarkan sebagai obat antimikroba pertama dengan mode penanganan baru yang dikembangkan oleh tim peneliti Givskov.

Oleh sebab itu kita tunggu saja, apakah memang benar-benar membantu dunia pengobatan?

[1] Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia tersebut.

Sumber:

Tribunnews.com

*Penulis adalah Mahasisiwi Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada, semester VII.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *