Lansia yaitu fase terakhir dalam kehidupan manusia, dimana setiap insan yang berumur pasti akan melewati fase ini. Semakin bertambahnya usia maka seluruh fungsi organ telah mencapai puncak maksimal sehingga yang terjadi sekarang adalah penurunan fungsi organ. lansia di Indonesia banyak yang mengalami gangguan pemenuhan gizi yang mengalami gizi kurang (IMT 16,5-18,49%) sebanyak 31% dan gizi lebih banyak 1,8%. Gizi kurang sering di sebabkan oleh masalah social dan ekonomi dan juga karena gangguan penyakit, bila konsumsi kalori yang terlalu rendah dari yang dibutuhkan maka berat badan kurang dari normal.

Di Indonesia presentase jumlah lansia dikenal cukup pesat yaitu tercatat sejak tahun 2013 terdapat sebesar 13,4 jumlah lansia sudah mencapai 22,250 juta jiwa atau 8,9%. (Nurfantri, 2016). Lansia merupakan fase terakhir dalam kehidupan manusia, dimana setiap insan yang berumur pasti akan melewati fase ini. Semakin bertambahnya usia maka seluruh fungsi organ telah mencapai puncak maksimal sehingga yang terjadi sekarang adalah penurunan fungsi organ. Menurut UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) yaitu seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas.

Lanjut Usia Lanjut usia (lansia) yaitu seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh didalam menhadapi ransangan dari dalam dan diluar tubuh dan berakhir dengan kematian. (Putri, Rosyid dan Muhlisin, 2014). Kualitas hidup ialah kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, dukungan social, dan kondisi lingkungan. Kualitas hidup merupakan konsep dari beberapa dimensi yang mencakup kesehatan fisik, mental, psikologis, dan kesejahteraan, terkadang juga dapat dikatakan sebagai kepuasan hidup. Kualitas hidup yang baik dimiliki oleh seseorang dengankebiasaan mengatur pola makan, gaya hidup yang baik, rutin memeriksakan kesehatan dan rajin mengikuti programpenyuluhan, sedangkan kualitas hidup kurang dimiliki seseorang dengan kebiasaan meningkatkan risiko paparan penyakit. Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik dapat membantu proses adaptasi dengan perubahan yang dialami dan dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. (Nursilmi, 2017). Seperti yang telah dijelaskan oleh peneliti Oktariyani pada tahun 2016 bahwa banyakanya lanjut usia yang berada dalam resiko malnutrisi disebabkan karena faktor usia yang dapat menyebabkan perubahanpada system pencernaan lanjut usia dan adanya faktor resiko yang mempengaruhi status gizi lanjut usia seperti faktor psikologi, adanya riwayat penyakit serta jumlah dan jenis asupan makanan. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan dalam mengecap, mencerna dan menyerap makanan akan berkurang, sehingga lanjut usia kurang menikmati makanan dan kurang asupan makanan yang bias mengakibatkan penurunan nafsu makan (Wa Ode Sri Asmaniar, 2018).

Pada usia lanjut (lansia), fungsi fisiologis akan mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), sehingga dapat mendorong terjadinya penyakit tidak menular. Faktor yang turut mempengaruhi kesehatan lansia adalah kebiasaan makan tidak sehat yang dilakukan di masa lampau, sehingga pada masa ini berpengaruh pada rentannya terhadap berbagai penyakit. Prevalensi obesitas sentral tingkat nasional untuk lansia adalah 18,8% yang tercatat dari kelompok umur 55 – 64 tahun 23,1%, 65 – 74 tahun 18,9%, dan >75 tahun 15,8%. Prevalensi obesitas yang paling tinggi terjadi pada kelompok usia 55 – 64 tahun. Penimbunan lemak akan menyebabkan gangguan pernafasan dan gangguan fungsi endokrin yang berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, dan diabetes mellitus. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hidup dan tingginya beban ekonomi.9 Data prevalensi obesitas saat ini mengacu pada data Riset Kesehatan Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018

Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu alat untuk memantau status gizi orang dewasa, khusus yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dapat dilakukan dengan membagi berat badan individu (kg) dengan tinggi badan individu (m2). Perhitungan IMT dapat diperoleh jika pengukuran berat badan dan tinggi lutut dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan wawancara. Hal ini dilakukanuntuk mempermudah proses pengambilan data. Meningkatnya berat badan tubuh dapat menunjukan bertambhanya lemak tubuh atau adanya edema, dan penurunan berat badan dapat menunjukan adanya perkembangan penyakit asupan nutrisi yang kuran g pada lansia ataupun terjadinya kehilangan massa otot dan jaringan lemak. Pengukuran antropometri lain yang dapat dilakukan untuk menentukan status gizi lansia berdasarkan IMT yaitu pengukuran tinggi badan. Masalah kesehatan dalam bidang gizi masih menjadi fokus utama bagi negara maju dan berkembang.

Sampai saat ini Indonesia masih berfokus dalam masalah gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi yang dihadapi oleh Indonesia yang ditandai dengan status gizi lebih.1 Status gizi seseorang berkaitan dengan gambaran pola konsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Obesitas ditandai oleh kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat normal, yang diakibatkan oleh penimbunan lemak dalam tubuh secara berlebih. Obesitas berkaitan dengan pola konsumsi makanan tinggi kalori, gula, lemak, garam, dan rendah serat. Status gizi dalam kategori obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mianadiarly (2007) dan Cahyono (2008) menyebutkan obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik, pola makan, psikologis, sosial dan lingkungan serta aktivitas fisik. Pasien hipertensi yang tidak mampu mengatur pola makan, aktivitas fisik maupun kondisi psikologisnya akan mengalami obesitas. Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial, gaya hidup, kebiasaan makan, genetik, dan aktivitas fisik.10 Faktor yang mempengaruhi obesitas salah satunya adalah jenis kelamin. Kejadian obesitas pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang dipengaruhi oleh tingginya aktivitas fisik. Perempuan memiliki aktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Disisi lain pada fase menopause perempuan akan mengalami perubahan hormone.

Aktivitas fisik merupakan berbagai aktivitas yang dilakukan dengan melibatkan otot tubuh dan penggunaan energi dalam tubuh untuk bergerak. Seperti yang dikemukakan oleh Almatsier (2003) yang menyebutkan aktivitas fsik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjang. Aktivitas fisik yang dilakukan secara ideal akan meningkatkan kebugaran tubuh orang yang melakukannya.

“Ninda Sevy Kusdiningtiyas”

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S . 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka

Utama

Boy, E. (2019) “Prevalensi Malnutrisi Pada Lansia Dengan Pengukuran Mini

NutritionalAsessment (Mna) Di Puskesmas,” Herb-Medicine Journal, 2(1), hal. 5–9. doi: 10.30595/hmj.v2i1.3583.

Indraswari, W., Thaha, A. R. dan Jafar, N. (2012) “Pola Pengasuhan Gizi Dan

Status Gizi Lanjut Usia Di Puskesmas Lau Kabupaten Maros Tahun 2012 Nursing Of Nutrition Aspects And Nutritional Status Among Elderly In Lau Health Center Maros Regency 2012 Program Studi Ilmu Gizi , Fakultas Kesehatan Masyarakat,” Http://Pasca.Unhas.Ac.Id/Jurnal/Files/58C4192Eb29F12D853198579Fb322C33.Pdf, hal. 1– 15.

Ninna Rohmawati, A. H., & Susetyowati, N. R. (2015). Tingkat kecemasan,

asupan makan, danstatus gizi pada lansia di Kota Yogyakarta , 69-71.

Nurfantri, D. Y. (2016). Identifikasi Status Nutrisi Dan Resiko Malnutrisi Pada

Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari , 5-7.

Nursilmi, C. M. (2017). Hubungan Status Gizi Dan Kesehatan Dengan Kualitas

Hidup Lansia Di Dua Lokasi  Berbeda , 376-379.

Salsabela, Nur. (2020). Menjadikan Lansia Sehat dan Sejahtera di Era New

Normal. Puspensos.

Putri, R. A., Rosyid, F. N. dan Muhlisin, A. (2014) “Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Dengan Kejadian Kekambuhan Hipertensi Lansia Di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmasi Baki Sukoharjo,” Journal of UMS, hal. 1–12.

Wa Ode Sri Asmaniar, A. A. (2018). Analisis Status Gizi Lansia Berdasarkan

Indeks Massa Tubuh(Imt) Dan Mini Nutritional Assesment (MNA). 3-6.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *