Oleh Sri Hapsari SP*
Anemia dikenal dengan sebutan kurang darah. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Banyak orang salah presepsi bahwa anemia adalah tekanan darah rendah.
Padahal, tekanan darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya. So, anemia dengan tekanan darah rendah itu tidak sama.
Lalu apa penyebab seseorang dapat menderita anemia?
Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi Besi. Anemia gizi besi dapat terjadi karena kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
Selain ini, meningkatnya kebutuhan tubuh terhadap zat besi bisa saja terjadi pada masa pertumbuhan anak-anak dan remaja; pada masa hamil (diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu hami itu sendiri); pada penderita penyakit menahun seperti TBC; akibat pendarahan Perdarahan; dan kehilangan darah juga dapat menyebabkan terjadinya anemia pada seseorang.
Mengapa wanita dan remaja putri sering menderita anemia?
Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati dibandingkan hewani. Sehingga masih banyak yang menderita anemia. Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan hewani dan sering melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing. Sedangkan wanita mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada pria. Oleh karena itu wanita cenderung menderita anemia dibandingkan dengan pria.
Tanda – tanda dan akibat anemia
Terdapat tanda-tanda seseorang itu mengidap anemia. Berikut adalah tanda-tanda seseorang sedang mengalami anemia:
- Lesu, Lemah, Letih, Lelah, dan Lalai (5L)
- Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
- Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Nah, dengan mengetahui tanda-tanda seseorang menderita anemia, maka perlu diketahui apa saja dampak atau akibat jika seseorang itu mengalami anemia.
Pada seorang wanita yang menderita anemia, akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.Tidak hanya itu, anemia juga dapat menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan kebugaran.
Bagi remaja putri, anemia dapat menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan yang berdampak pada tinggi badan yang tidak mencapai batas optimal. Anemia bagi remaja putri juga dapat menurunkan kemampuan fisik olahragawati dan mengakibatkan wajah terlihat pucat.
Sedangkankan anemia bagi ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan sebelum atau saat persalinan, meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau BBLR hanya <2,5 kg. Bahkan, pada anemia berat, bagi seorang ibu yang melahirkan, dapat menyebabkan kematian atau bayi yang dikandungnya.
Cara mencegah dan mengatasi anemia
Setelah mengetahui apa itu anemia, tanda-tanda seseorang menderita anemia, dan akibat yang ditimbulkan jika seseorang menderita anemia, akan penulis sajikan tentang bagaimana seseorang dapat mencegah dan mengatasi anemia.
Ada beberapa cara seseorang agar dapat mencegah anemia:
1 Meningkatkan konsumsi makanan bergizi. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas). Jenis sayur dan buah-buahan ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD), terutama saat mengalami menstruasi.
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
Demikian artikel kesehatan ini kami tulis. Semoga bermanfaat dan sejak dini mari kita cegah anemia.
*Penulis adalah salah satu tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Widya Cipta Husada, Malang.
0 Komentar